Cerpensex | ada yang bilang komunitas tante girang itu banyak di internet, ternyata slogan itu gak salah, buktinya
gue bisa dapet tante tante di internet!! Berikut ini adalah pengalaman aku dengan seorang wanita baya,
sebut saja namanya Debbie usianya 35 tahun dan Lucy 33 tahun. Seperti yang sudah-sudah, aku mengenal
sosok Debbie dari seringnya aku online sebagai chatter.
Aku bisa menilai, Debbie adalah sosok yang hot dalam seks. Dengan ciri-ciri 170/65, berdada montok,
berpinggul sexy dan kelihatan sekali dia adalah seorang wanita yang suka sekali senam sehingga badannya
terasa padat berisi. Itu semua aku ketahui setelah dia kirim aku foto dan aku tahu kalau dia penganut
seks bebas juga dengan para karyawan-karyawan yang ada di surabaya, itupun aku ketahui setelah Debbie
banyak cerita tentang kehiduapn seksnya.
Singkat cerita, kita janjian untuk ketemuan, dengan catatan dia harus bawa teman karena menurut dia,
tidak pernah ada acara copy darat sendirian. Dan gilanya lagi dia sudah booking hotel, saat acara
ketemuan nanti. Itu karena supaya dia tidak ketahuan suaminya, dia pilih Hotel. Karena menurut Debbie,
Hotel adalah tempat yang paling aman.
Sesuai dengan hari yang sudah dibicarakan bersama, akhirnya aku bergegas meluncur menuju hotel yang
sudah dia booking. Setelah di depan hotel, aku berusaha menelpon dia untuk menanyakan di kamar nomor
berapa.
“Hallo Dandy, kamu ada dimana” tanya Debbie.
“Aku sudah di depan lobby, Mbak Debbie di kamar nomor berapa?”aku berusaha mencari tahu.
“Naik aja lift ke lantai 3, terus cari nomor 326,” suara Debbie dengan jelas.
“Ok Mbak, aku segera naik,” jawabku.
“Ok aku tunggu,” suara Debbie dengan ceria.
Setelah aku tutup handphone ku, aku bergegas menuju kamar yang disebut oleh Debbie.
“Tok-tok-tok” aku mengetuk pintu yag betuliskan nomor 326.
Baca JUga Cerita Sex Lain nya di CeritasexTerbaru.Net
Setelah pintu terbuka, aku sedikit terpana dengan tubuh Debbie yang tinggi semampai.
” Dandy ngapain bengong, masuk dong,” sambil menggapai lenganku.
Sesampai di dalam kamar, ternyata benar Debbie bersama dengan temannya, sesuai dengan janji dia.
“Dandy” aku ulurkan tanganku.
“Dandy, ini temenku Lucy” Debbie mengenalkan temannya dan sambari begitu, si Lucy bangkit dari duduknya
langsung menyalami aku.
gue bisa dapet tante tante di internet!! Berikut ini adalah pengalaman aku dengan seorang wanita baya,
sebut saja namanya Debbie usianya 35 tahun dan Lucy 33 tahun. Seperti yang sudah-sudah, aku mengenal
sosok Debbie dari seringnya aku online sebagai chatter.
Aku bisa menilai, Debbie adalah sosok yang hot dalam seks. Dengan ciri-ciri 170/65, berdada montok,
berpinggul sexy dan kelihatan sekali dia adalah seorang wanita yang suka sekali senam sehingga badannya
terasa padat berisi. Itu semua aku ketahui setelah dia kirim aku foto dan aku tahu kalau dia penganut
seks bebas juga dengan para karyawan-karyawan yang ada di surabaya, itupun aku ketahui setelah Debbie
banyak cerita tentang kehiduapn seksnya.
Singkat cerita, kita janjian untuk ketemuan, dengan catatan dia harus bawa teman karena menurut dia,
tidak pernah ada acara copy darat sendirian. Dan gilanya lagi dia sudah booking hotel, saat acara
ketemuan nanti. Itu karena supaya dia tidak ketahuan suaminya, dia pilih Hotel. Karena menurut Debbie,
Hotel adalah tempat yang paling aman.
Sesuai dengan hari yang sudah dibicarakan bersama, akhirnya aku bergegas meluncur menuju hotel yang
sudah dia booking. Setelah di depan hotel, aku berusaha menelpon dia untuk menanyakan di kamar nomor
berapa.
“Hallo Dandy, kamu ada dimana” tanya Debbie.
“Aku sudah di depan lobby, Mbak Debbie di kamar nomor berapa?”aku berusaha mencari tahu.
“Naik aja lift ke lantai 3, terus cari nomor 326,” suara Debbie dengan jelas.
“Ok Mbak, aku segera naik,” jawabku.
“Ok aku tunggu,” suara Debbie dengan ceria.
Setelah aku tutup handphone ku, aku bergegas menuju kamar yang disebut oleh Debbie.
“Tok-tok-tok” aku mengetuk pintu yag betuliskan nomor 326.
Baca JUga Cerita Sex Lain nya di CeritasexTerbaru.Net
Setelah pintu terbuka, aku sedikit terpana dengan tubuh Debbie yang tinggi semampai.
” Dandy ngapain bengong, masuk dong,” sambil menggapai lenganku.
Sesampai di dalam kamar, ternyata benar Debbie bersama dengan temannya, sesuai dengan janji dia.
“Dandy” aku ulurkan tanganku.
“Dandy, ini temenku Lucy” Debbie mengenalkan temannya dan sambari begitu, si Lucy bangkit dari duduknya
langsung menyalami aku.
Keadaan berikutnya memang sedikit kaku karena aku juga kikuk, mengingat dalam kamar itu ada kami
bertiga. Seandainya cuman berdua dengan Debbie aku lebih berani.
“Dandy, kamu nggak seperti di foto deh, sepertinya kamu lebih berisi” Debbie membuka omongannya.
“Jangan-jangan yang difoto bukan kamu” tuduh Debbie.
“Tidak kok Mbak, itu memang foto Dandy,” aku coba membela diri.
“Dy, kata Debbie kamu jago banget ya.. Ngesexnya?” tanya Lucy.
Pertanyaan itu bagaikan menghantam dadaku. Deg! jantungku terasa berhenti sekian detik.
“Mmm anu biasa kok Mbak,” jawabku gugup.
“Nggak apa-apa kok Dan, santai aja Lucy sama kok seperti Debbie” hibur Debby.
Pembicaraan semakin menjurus ke arah yang berbau sex, kedua wanita sebaya ini aku tafsir merupakan
wanita-wanita yang doyan banget ngesex.
Aku sempat memutar otak dengan keadaan ini dan bertanya dalam hati, suami mereka itu gimana kok
‘menelantarkan’ istri-istri sexy begini. Apalagi Lucy, sepertinya membiarkan mataku melihat bongkahan
paha mulus di balik rok mininya. Sesekali dia merubah posisi duduknya tanpa harus riskan dengan aku yang
duduk di depannya. Disaat aku melamun tentang khayalan aku, tiba-tiba Debbie sudah berada di pangkuan
aku, jantungku berdetak semakin kencang.
Kunjungi JUga CeritaSexHot.Org
“Dy, buktikan omongan kamu di chatting selama ini,” pinta Debbie sambil menempelkan dadanya ke muka
wajahku.
Aroma parfumnya yang begitu membangkitkan gairahku mengusik adik kecilku yang menghentak-hentak dinding
CD-ku.
“Mbak” belum sempat aku selesaikan jawaban itu, bibir Debbie yang tipis segera melumat bibirku.
Aku sedikit gugup menerima serangang yang mendadak ini. Tetapi aku berusaha mengontrol keadaan aku.
Disaat bibir Debbie sedang asyik menikmati bbibirku, tanganku yang nakal mulai mengelus punggung wanita
paruh baya tersebut.
Dengan kemahiran gigiku, aku melepas kancing blus belahan rendah yang ada pada dada Debbie. Sampai
akhirnya 4 kancing atas blus Debbie terbuka, dan mulailah aku bisa mengusasi keadaan. Dengan belaian
yang halus dan penuh perasaan, jari-jemariku mulai membuka pengait kancing BH Debbie.
Dengan sedikit sentuhan, ‘tess’ BH Debbie yang berwarna hitam terbuka. Dan muncullah 2 bukit yang masih
kencang didepan mukaku lengkap dengan sepasang puntingnya yang memerah. Aku bisa membaca apa yang sedang
terjadi pada diri Debbie, dengan jilatan maut lidahku membuatnya merintih,
“Ughh, geli sayang”
Jilatan lidahku yang mendarat di puting Debbie, cerpensex.com membuat wanita itu menggeliat tidak beraturan. Karena
Debbie masih menggunakan baju kantor. Tanganku semakin berani untuk mengelus pahanya yang putih mulus.
Sesekali tubuhnya yang sintal bergoyang dipangkuan aku dan sekitar 15 menit aku di posisi itu, semua
inderaku bekerja sesuai fungsi masing-masing.
Disaat aku sedang melakukan foreplay, Lucy masih duduk di tempatnya semula. Akan tetapi sekarang kedua
kakinya yang jenjang dibuka lebar sedangkan tangannya meremas buah dadanya sendiri
“Mm.. ” sesekali Lucy merintih, mendesah melihat adegan Debbie dengan aku.
Setelah 25 menit, aku mencoba menyandarkan tubuh Debbie ke dinding kamar. Posisi ini sangat
menguntungkan aku untuk mulai menikmati setiap cm tubuh Debbie. Aku lumat bibir Debbie, kemudian turun
ke lehernya dan berlanjut ke buah dadanya yang sintal. Aku menjongkokkan tubuhku untuk menjilati puser
Debbie.
“Akhh.. Dy, beri aku janjimu sayang.. Ughh,” lidahku mulai nakal menjelajahi perut Debbie.
Sampai akhirnya aku mencium aroma bunga di lubang surga Debbie. Tanpa melepas CD yang dipakai, aku
segera memainkan lidahku diatas kemaluannya. Dan bersamaan dengan itu kepala Debbie menggeleng kekanan-
kekiri, seperti iklan sampho clear yang lagi berketombe di diskotik. Dengan sentuhan perlahan, aku
melepas Debbie, karena posisinya berdiri sangat mudah sekali melepas CD warna putih berenda yang
dikenakan.
Tanganku berusaha membuka kedua kaki Debbie yang masih menggunakan sepatu hak tingginya. Sehingga
memudahkan lidahku untuk mengocok lubang kewanitaanya.Cerpen Sex
“Srupp.. Srupp, crek.. Crek” lidahku mulai menghujam vagina Debbie.
“Dy, kamu memang asyik.. Geli sekali.. Ooohh” Debbie merintih panjang saat lidahku mulai, mengulum,
menjilat dan menghisap clitorisnya yang sudah mulai membesar dan berwarna merah.
Aku mulai merasakan sesuatu akan meletup dalam diri Debbie. Dengan segala pengetahuan aku dalam ilmu
bercinta, aku angkat satu kaki Debbie keatas pangkuan pundakku sehingga lidahku bisa leluasa menikmati
cairan yang mulai meleleh di lubang surgawinya.
Dengan posisi berdiri kaki satu, aku semakin mempercepat jilatan lidahku, sampai akhirnya Debbie tidak
kuasa membendung orgasmenya.
“Dy, aku keluar.. Aakkhh” bersamaan dengan itu pula cairan kental muncrat ke wajahku.
Dan diisaat aku masih bingung untuk membasuh wajahku tiba-tiba dari belakang Lucy mengangkatku sambil
berkata
“Dy, sekarang giliranku”.
Rupanya Lucy dari awal sudah memainkan jarinya diatas clitorisnya sambil menonton adegan antara aku
dengan Debbie. Terbukti Lucy tidak lagi menggunakan CD yang tadi dikenakannya. Lucy membungkukkan
badannya ke bibir meja, sehingga belahan merah pada selangkangannya terlihat jelas dari belakang.
Bagaikan segerombolan tawon yang melihat madu, lidahkan langsung menari-nari di lubang kemaluan Lucy.
“Dy, enak.. Sekali sayang.. Akhh” Lucy merintih.
Dengan posisi aku duduk di lantai menghadap selangkangan Lucy, yang membuka lebar pahanya. Memudahkan
aku beroperasi secara maksimal untuk menekan lidahku lebih dalam, sedangkan tanganku meremas pantat Lucy
yang sexy.Cerpen Sex
Disaat aku sedang asyik menikmati lubang vagina Lucy, tiba-tiba Debbie sudah memereteli celanaku.
Sehingga adikku yang berukuran 16 cm kurang dikit dan mempunyai bentuk yang sedikit bengkok ke kiri,
menyembul keluar setelah sekian menit dipenjara oleh CD ketatku merk crocodille.
“Waow Dandy, gila banget besar sekali sayang.. Mmm” selanjutnya tidak ada suara lagi karena penisku
sudah dilahap oleh mulut Debbie yang rakus.
Aku merasakan betapa pandainya lidah Debbie menari di batang kemaluanku. Sesekali aku melepas kulumanku
di vagina Lucy, karena merasakan kenikmatan permainan oral dari mulut Debbie.
Lucy sudah mulai bocor pertahanannya dan berkata sambil mendesah,
“Dandy.. Aku.. Aku.. Mau.. Kelu.. Arr.. Aahh,” tangan Lucy yang tadinya beroperasi dibuah dadanya
sekarang menekan kepalaku dalam-dalam pada selangkangannya, seolah memohon jangan dilepas isapan
fantastis itu.
Untuk yang kedua kalinya wajahku belepotan oleh cairan wanita sebaya yang keluar dari lubang surgawi
mereka. Disaat aku sedang membasuh wajahku yang penuh cairan, tiba-tiba Debbie menarik lenganku, hingga
badanku berdiri.
“Dy, aku ingin style berdiri,” ajak Debbie sambil menarik tanganku untuk mengikuti dia berdiri.
Sambil bersandar di dinding, aku langsung mengarahkan adik kecilku dari bawah. Sehingga posisi berdiri
tersebut sempurna sekali, dan itupun ditambah posisi Debbie yang masih belum melepas sepatu hak
tingginya. Karena dengan demikian posisi Debbie lebih tinggi dari posisi aku berdiri.
“Bless” suara adik kecilku menembus belahan kecil diselangkangan Debbie
“Dy, enakk bangett.. Punyamu ” erangan Debbie.
Gerakan maju mundurku semakin mentok di pangkal vagina Debbie, hal itu disebabkan karena pantat Debbie
ditahan oleh dinding.
“Crekk.. Crekk.. Sslleepp” suara penisku menghujam keluar masuk dalam lubang vagina Debbie.
Buatku, Debbie termasuk orang yang bisa megimbangi permainan sex. Buktinya dengan posisi sulit seperti
itu, dia juga sedikit mendoyongkan tubuhnya ke dinding sehingga batang penisku benar-benar masuk semua.
Keadaan ini berlangsung sampai akhirnya di menit ke 45, Debbie berteriak
“Dyy.. Ampun.. Aku.. Mau.. Kelu.. Ar lagi.. Gila” rintih Debbie.
Tubuh Debbie mendekapku erat-erat seolah tidak mau lepas dari batang penisku yang masih menancap lubang
surgawinya. Dan sedetik kemudian tubuh Debbie merosot ke bawah dengan lunglai.
Aku berjalan menghampiri Lucy yang sedang menyandarkan tangannya untuk melihat keluar jendela.
Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, sambil memeluk dia dari belakang, penisku yang masih kencang
menerobos liang vagina Lucy sehingga membuat dia terpekik.
“Aaowww.. Dy kamu nakal deh, aku masih capek.. Uuughh” aku tidak mempedulikan erangannya.
Seraya meremas buah dadanya yang kencang dari belakang, pinggulku mulai bergerak maju mundur. Posisi
seperti ini benar-benar membuat aku melayang, lubang Lucy yang sedikit sempit dan seret dibanding punya
Debbie. Dan hal itu
membuat aku lebih bernafsu untuk menyetubuhinya. Itu wajar karena Lucy belum punya anak walaupun sudah
menikah beberapa tahun.
Selang beberapa menit,
Baca Juga Cerita Sex Istri Temanku
“Dyy.. Aku nggak tahann.. Gila banget punya kamu terasa masuk sampai ulu hatiku.. Aaugghh,” rintih Lucy
panjang, sambil tetap menggoyang pinggulnya.
Dengan posisi setengah nungging dengan berdiri, memudahkan aku untuk memasukan penisku secara maksimal.
“Ughh.. Mbak.. Asyik banget punya Mbak” desah kenikmatanku untuk memuji kedua wanita itu sering keluar
dalam mulutku.
“Dy.. Ampunn.. Aku.. Akkhh” Lucy merintih panjang.
Lucy merapatkan pahanya sehingga penisku terasa tersedot ke dalam semua. Gila, terasa copot penisku
dibuatnya. Karena hebatnya permainan itu hingga tak terasa dinginnya AC yang ada dalam kamar itu. Aku
coba mengambil segelas air es di kulkas, Debbie yang tadi terkulai menarik tanganku. Cukup sampai sini
bertiga. Seandainya cuman berdua dengan Debbie aku lebih berani.
“Dandy, kamu nggak seperti di foto deh, sepertinya kamu lebih berisi” Debbie membuka omongannya.
“Jangan-jangan yang difoto bukan kamu” tuduh Debbie.
“Tidak kok Mbak, itu memang foto Dandy,” aku coba membela diri.
“Dy, kata Debbie kamu jago banget ya.. Ngesexnya?” tanya Lucy.
Pertanyaan itu bagaikan menghantam dadaku. Deg! jantungku terasa berhenti sekian detik.
“Mmm anu biasa kok Mbak,” jawabku gugup.
“Nggak apa-apa kok Dan, santai aja Lucy sama kok seperti Debbie” hibur Debby.
Iklan Sponsor :
Pembicaraan semakin menjurus ke arah yang berbau sex, kedua wanita sebaya ini aku tafsir merupakan
wanita-wanita yang doyan banget ngesex.
Aku sempat memutar otak dengan keadaan ini dan bertanya dalam hati, suami mereka itu gimana kok
‘menelantarkan’ istri-istri sexy begini. Apalagi Lucy, sepertinya membiarkan mataku melihat bongkahan
paha mulus di balik rok mininya. Sesekali dia merubah posisi duduknya tanpa harus riskan dengan aku yang
duduk di depannya. Disaat aku melamun tentang khayalan aku, tiba-tiba Debbie sudah berada di pangkuan
aku, jantungku berdetak semakin kencang.
Kunjungi JUga CeritaSexHot.Org
“Dy, buktikan omongan kamu di chatting selama ini,” pinta Debbie sambil menempelkan dadanya ke muka
wajahku.
Aroma parfumnya yang begitu membangkitkan gairahku mengusik adik kecilku yang menghentak-hentak dinding
CD-ku.
“Mbak” belum sempat aku selesaikan jawaban itu, bibir Debbie yang tipis segera melumat bibirku.
Aku sedikit gugup menerima serangang yang mendadak ini. Tetapi aku berusaha mengontrol keadaan aku.
Disaat bibir Debbie sedang asyik menikmati bbibirku, tanganku yang nakal mulai mengelus punggung wanita
paruh baya tersebut.
Iklan Sponsor :
Dengan kemahiran gigiku, aku melepas kancing blus belahan rendah yang ada pada dada Debbie. Sampai
akhirnya 4 kancing atas blus Debbie terbuka, dan mulailah aku bisa mengusasi keadaan. Dengan belaian
yang halus dan penuh perasaan, jari-jemariku mulai membuka pengait kancing BH Debbie.
Dengan sedikit sentuhan, ‘tess’ BH Debbie yang berwarna hitam terbuka. Dan muncullah 2 bukit yang masih
kencang didepan mukaku lengkap dengan sepasang puntingnya yang memerah. Aku bisa membaca apa yang sedang
terjadi pada diri Debbie, dengan jilatan maut lidahku membuatnya merintih,
“Ughh, geli sayang”
Jilatan lidahku yang mendarat di puting Debbie, cerpensex.com membuat wanita itu menggeliat tidak beraturan. Karena
Debbie masih menggunakan baju kantor. Tanganku semakin berani untuk mengelus pahanya yang putih mulus.
Sesekali tubuhnya yang sintal bergoyang dipangkuan aku dan sekitar 15 menit aku di posisi itu, semua
inderaku bekerja sesuai fungsi masing-masing.
Disaat aku sedang melakukan foreplay, Lucy masih duduk di tempatnya semula. Akan tetapi sekarang kedua
kakinya yang jenjang dibuka lebar sedangkan tangannya meremas buah dadanya sendiri
“Mm.. ” sesekali Lucy merintih, mendesah melihat adegan Debbie dengan aku.
Setelah 25 menit, aku mencoba menyandarkan tubuh Debbie ke dinding kamar. Posisi ini sangat
menguntungkan aku untuk mulai menikmati setiap cm tubuh Debbie. Aku lumat bibir Debbie, kemudian turun
ke lehernya dan berlanjut ke buah dadanya yang sintal. Aku menjongkokkan tubuhku untuk menjilati puser
Debbie.
“Akhh.. Dy, beri aku janjimu sayang.. Ughh,” lidahku mulai nakal menjelajahi perut Debbie.
Sampai akhirnya aku mencium aroma bunga di lubang surga Debbie. Tanpa melepas CD yang dipakai, aku
segera memainkan lidahku diatas kemaluannya. Dan bersamaan dengan itu kepala Debbie menggeleng kekanan-
kekiri, seperti iklan sampho clear yang lagi berketombe di diskotik. Dengan sentuhan perlahan, aku
melepas Debbie, karena posisinya berdiri sangat mudah sekali melepas CD warna putih berenda yang
dikenakan.
Tanganku berusaha membuka kedua kaki Debbie yang masih menggunakan sepatu hak tingginya. Sehingga
memudahkan lidahku untuk mengocok lubang kewanitaanya.Cerpen Sex
“Srupp.. Srupp, crek.. Crek” lidahku mulai menghujam vagina Debbie.
“Dy, kamu memang asyik.. Geli sekali.. Ooohh” Debbie merintih panjang saat lidahku mulai, mengulum,
menjilat dan menghisap clitorisnya yang sudah mulai membesar dan berwarna merah.
Aku mulai merasakan sesuatu akan meletup dalam diri Debbie. Dengan segala pengetahuan aku dalam ilmu
bercinta, aku angkat satu kaki Debbie keatas pangkuan pundakku sehingga lidahku bisa leluasa menikmati
cairan yang mulai meleleh di lubang surgawinya.
Dengan posisi berdiri kaki satu, aku semakin mempercepat jilatan lidahku, sampai akhirnya Debbie tidak
kuasa membendung orgasmenya.
“Dy, aku keluar.. Aakkhh” bersamaan dengan itu pula cairan kental muncrat ke wajahku.
Dan diisaat aku masih bingung untuk membasuh wajahku tiba-tiba dari belakang Lucy mengangkatku sambil
berkata
“Dy, sekarang giliranku”.
Rupanya Lucy dari awal sudah memainkan jarinya diatas clitorisnya sambil menonton adegan antara aku
dengan Debbie. Terbukti Lucy tidak lagi menggunakan CD yang tadi dikenakannya. Lucy membungkukkan
badannya ke bibir meja, sehingga belahan merah pada selangkangannya terlihat jelas dari belakang.
Bagaikan segerombolan tawon yang melihat madu, lidahkan langsung menari-nari di lubang kemaluan Lucy.
“Dy, enak.. Sekali sayang.. Akhh” Lucy merintih.
Dengan posisi aku duduk di lantai menghadap selangkangan Lucy, yang membuka lebar pahanya. Memudahkan
aku beroperasi secara maksimal untuk menekan lidahku lebih dalam, sedangkan tanganku meremas pantat Lucy
yang sexy.Cerpen Sex
Disaat aku sedang asyik menikmati lubang vagina Lucy, tiba-tiba Debbie sudah memereteli celanaku.
Sehingga adikku yang berukuran 16 cm kurang dikit dan mempunyai bentuk yang sedikit bengkok ke kiri,
menyembul keluar setelah sekian menit dipenjara oleh CD ketatku merk crocodille.
“Waow Dandy, gila banget besar sekali sayang.. Mmm” selanjutnya tidak ada suara lagi karena penisku
sudah dilahap oleh mulut Debbie yang rakus.
Aku merasakan betapa pandainya lidah Debbie menari di batang kemaluanku. Sesekali aku melepas kulumanku
di vagina Lucy, karena merasakan kenikmatan permainan oral dari mulut Debbie.
Lucy sudah mulai bocor pertahanannya dan berkata sambil mendesah,
“Dandy.. Aku.. Aku.. Mau.. Kelu.. Arr.. Aahh,” tangan Lucy yang tadinya beroperasi dibuah dadanya
sekarang menekan kepalaku dalam-dalam pada selangkangannya, seolah memohon jangan dilepas isapan
fantastis itu.
Untuk yang kedua kalinya wajahku belepotan oleh cairan wanita sebaya yang keluar dari lubang surgawi
mereka. Disaat aku sedang membasuh wajahku yang penuh cairan, tiba-tiba Debbie menarik lenganku, hingga
badanku berdiri.
“Dy, aku ingin style berdiri,” ajak Debbie sambil menarik tanganku untuk mengikuti dia berdiri.
Sambil bersandar di dinding, aku langsung mengarahkan adik kecilku dari bawah. Sehingga posisi berdiri
tersebut sempurna sekali, dan itupun ditambah posisi Debbie yang masih belum melepas sepatu hak
tingginya. Karena dengan demikian posisi Debbie lebih tinggi dari posisi aku berdiri.
“Bless” suara adik kecilku menembus belahan kecil diselangkangan Debbie
“Dy, enakk bangett.. Punyamu ” erangan Debbie.
Gerakan maju mundurku semakin mentok di pangkal vagina Debbie, hal itu disebabkan karena pantat Debbie
ditahan oleh dinding.
“Crekk.. Crekk.. Sslleepp” suara penisku menghujam keluar masuk dalam lubang vagina Debbie.
Buatku, Debbie termasuk orang yang bisa megimbangi permainan sex. Buktinya dengan posisi sulit seperti
itu, dia juga sedikit mendoyongkan tubuhnya ke dinding sehingga batang penisku benar-benar masuk semua.
Keadaan ini berlangsung sampai akhirnya di menit ke 45, Debbie berteriak
“Dyy.. Ampun.. Aku.. Mau.. Kelu.. Ar lagi.. Gila” rintih Debbie.
Tubuh Debbie mendekapku erat-erat seolah tidak mau lepas dari batang penisku yang masih menancap lubang
surgawinya. Dan sedetik kemudian tubuh Debbie merosot ke bawah dengan lunglai.
Aku berjalan menghampiri Lucy yang sedang menyandarkan tangannya untuk melihat keluar jendela.
Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, sambil memeluk dia dari belakang, penisku yang masih kencang
menerobos liang vagina Lucy sehingga membuat dia terpekik.
“Aaowww.. Dy kamu nakal deh, aku masih capek.. Uuughh” aku tidak mempedulikan erangannya.
Seraya meremas buah dadanya yang kencang dari belakang, pinggulku mulai bergerak maju mundur. Posisi
seperti ini benar-benar membuat aku melayang, lubang Lucy yang sedikit sempit dan seret dibanding punya
Debbie. Dan hal itu
membuat aku lebih bernafsu untuk menyetubuhinya. Itu wajar karena Lucy belum punya anak walaupun sudah
menikah beberapa tahun.
Selang beberapa menit,
Baca Juga Cerita Sex Istri Temanku
“Dyy.. Aku nggak tahann.. Gila banget punya kamu terasa masuk sampai ulu hatiku.. Aaugghh,” rintih Lucy
panjang, sambil tetap menggoyang pinggulnya.
Dengan posisi setengah nungging dengan berdiri, memudahkan aku untuk memasukan penisku secara maksimal.
“Ughh.. Mbak.. Asyik banget punya Mbak” desah kenikmatanku untuk memuji kedua wanita itu sering keluar
dalam mulutku.
“Dy.. Ampunn.. Aku.. Akkhh” Lucy merintih panjang.
Lucy merapatkan pahanya sehingga penisku terasa tersedot ke dalam semua. Gila, terasa copot penisku
dibuatnya. Karena hebatnya permainan itu hingga tak terasa dinginnya AC yang ada dalam kamar itu. Aku
coba mengambil segelas air es di kulkas, Debbie yang tadi terkulai menarik tanganku. Cukup sampai sini